Rabu, 28 Maret 2012

Silat adalah Budaya Melayu

Silat Melayu merupakan warisan budaya yang telah lama lahir dari zamannya. Sekitar 500 tahun lalu silat mencapai masa keemasan. Saat itu pula jenis silat sangat banyak dan terus berkembang hingga sekarang. Banyak yang mengatakan bahwa silat mampu menaikkan derajat seseorang yang telah mempelajari seni tari silatnya. Silat menyebar beriring dengan penggunaan bahasa Melayu sehingga secara tidak langsung penyerapan terhadap sosio ekonomi mengakibatkan adanya penghijrahan budaya. Dengan berkembangnya budaya ke daerah serumpun Melayu lainnya seni tari silat juga ikut serta dalam perkembangan bahasa melayu “Lingua Franca”. Seni tari silat dapat dilambangkan sebagai keberanian, kekuatan, dan kedaulatan kepada seseorang. Apalagi pada saat itu zaman penjajahan yang menikam derita rakyat tentu seni tari silat dijadikan salah satu bentuk perlindungan mereka jika terjadi sesuatu.
Silat merupakan suatu seni yang mempertahankan diri dari serangan lawan. Kesenian yang menjadi keunggulan bangsa Melayu ini di adopsi dari segala pergerakan atau jurus silat. Seperti proses pembelajaran pergerakan seekor hewan, penyesuaian prilaku, kesabaran, dan tindakan yang akan disatukan dan menjadi sebuah gerakan unik. Silat dapat dikatakan seni tari yang unik tetapi tidak dapat dikatakan sama dengan tarian pada umumnya.
Dalam ajaran agama islam juga telah ditegaskan berdasarkan firman Allah SWT, surat Al-Anfal ayat 60, “Dan bersiap sedialah untuk (menentang) mereka (musuh yang menceroboh) segala jenis kekuatan yang dapat kamu sediakan dari (pasukan-pasukan) berkuda yang lengkap sedia, untuk menggerunkan dengan (persediaan) itu musuh Allah dan musuh kamu serta musuh-musuh yang lain dari mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya.” Maka dari itu, kita sebagai manusia mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga diri bukan hanya dari serangan lawan secara fisik. Akan tetapi, banyak serangan yang mempengaruhi kita dan meluluh lantahkan jiwa, yaitu iman kita. Begitu banyak serangan yang perlu kita waspadai agar kita kelak tidak terjatuh sakit dengan terluka parah.

Rabu, 21 Maret 2012

Mahasiswa Universitas Negeri di Tanjungpinang terjaring razia di Wisma



    Tanjungpinang – Sepasang mahasiswa UMRAH (Universitas Maritim Raja Ali Haji) ditangkap oleh satuan polisi dan satpol PP Tanjungpinang, Sabtu (17/3) sekitar pukul 23.30 WIB di wisma Cahaya Pinang. Keduanya terjaring razia Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) yang dilakukan oleh satuan Polisi dan Satpol PP. Mahasiswa UMRAH tersebut membantah bahwa mereka sedang melakukan tindakan asusila dan membantah juga bahwa mereka tengah berduaan di wisma. Namun dikarenakan mereka tidak dapat menunjukkan identitas mereka saat kepergok di wisma Cahaya Pinang, dengan terpaksa pihak kepolisian membawa mereka ke kantor polisi untuk diamankan.
‘’Saya tidak menginap, saya nunggu kawan-kawan disini Pak. Cowok ini bukan pacar saya Pak, dia abang saya,’’ kilah RS, seorang mahasiswi UMRAH (Universitas Maritim Raja Ali Haji) bersama seorang mahasiswa UMRAH yang ada juga di lokasi kejadian dini hari kemarin.
‘’Sebenarnya banyak yang terjaring razia di wisma tersebut. Namun kebanyakan pasangan yang terjaring razia tersebut tidak dapat menunjukkan identitas mereka. Yang saya kagetkan adalah sepasang mahasiswa UMRAH yang melakukan tindakan tidak terpuji tersebut. Sungguh memalukan sekali dan saya turut prihatin dengan kejadian ini,’’ tegas seorang saksi mata yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Razia gabungan yang digelar Polresta dan Satpol PP kota Tanjungpinang berlangsung mulai pukul 23.30 WIB hingga pukul 02.30 WIB dini hari kemarin. Razia gabungan di wisma-wisma dimaksudkan untuk menghindari tindakan asusila dari pasangan yang tidak memiliki ikatan perkawinan. Dengan adanya razia gabungan yang sudah terprogram ini dan yang akan dilakukan secara terus-menerus kedepannya diharapkan dapat mengurangi angka tindakan asusila di kota Tanjungpinang agar kota Tanjungpinang dapat aman, bersih dan terpuji.